10 Februari 2009

FRIENDSTER, AjANG gAUL mASA Kini..




FRIENDSTER, anak muda mana yang tidak kenal dengan situs satu ini. Situs jejaring sosial ini telah menghipnotis jutaan remaja di dunia untuk ikut “nimbrung” di dalamnya. Ada istilah di kalangan remaja sekarang ini yang menganggap bukan anak gaul jika tidak pernah surfing di friendster.

Kalau para remaja ditanya pendapat mereka tentang
friendster, ada beragam jawaban yang mereka lontarkan. Jawaban yang paling banyak adalah mereka kecanduan dengan situs ini. Hampir setiap ada kesempatan ngenet, situs “wajib kunjung” mereka adalah friendster atau sejenisnya.

Menurut pengalaman pribadi, ketika murid kelas 3 SMP diajarkan tentang internet, lebih dari 60% siswa yang berjumlah 24 orang iseng-iseng menyalakan
friendster. Murid kelas 3 SD pun tidak mau kalah, ketika ada kesempatan mereka membuka alamat friendsternya di jam-jam pelajaran komputer.

Apa saja yang mereka lakukan di
friendster atau situs sejenisnya? Kebanyakan mereka saling berkenalan dengan kirim salam, kirim foto atau video. Mereka juga sering kali menumpahkan isi hatinya ke teman-teman mereka lewat tulisan. Intinya dengan friendster, mereka merasa “diperhatikan” dan punya kesempatan untuk “memberi perhatian” ke teman lain.

Kalau ditanya lagi apa untungnya pakai
friendster, jawaban mereka kebanyakan mencari teman, ajang sosialisasi diri, untuk menghilangkan stress akibat terlalu banyak belajar dan lain-lain. Dengan jawaban seperti itu, mungkin mereka benar.
Tapi apakah mereka tahu tentang “ancaman baru” yang datangnya dari situs ini?

David Smith, Deputi Komisaris ICO (The Information Comissioner Office) sebuah lembaga pengawas informasi mengungkap beberapa hal tentang ancaman ini :
Banyak anak muda mem-posting konten online tanpa berpikir tentang jejak elektronik yang mereka buat. Hal ini sangat riskan bagi masa depan jika ditemukan sesuatu yang tak pantas karena makin banyak institusi pendidikan dan perusahaan memakai internet untuk mencari mahasiswa atau pekerja potensial. Sejumlah anak muda pun khawatir mengenai hal ini.
Dalam riset ICO, 71 persen dari 2000 remaja yang di survei dengan usia 14 sampai 21 tahun menyatakan bahwa mereka tak ingin pihak kampus atau perusahaan mengetahui data mereka di situs jejaring sosial. Mereka pun ingin menyingkirkan berbagai informasi tertentu yang dianggap tak pantas diketahui.
Adanya indikasi bahwa anak muda mengkhawatirkan informasi pribadi mereka akan disebarkan pada pihak yang tak semestinya.

Belum lagi incaran maniak seks internet yang berniat mengkoleksi foto-foto atau video yang terkesan “seronok”. Kalau diamati lebih jauh, banyak sekali foto-foto cewek
friendster yang “wow” walaupun mungkin tidak bisa dikatakan sebagai porno. Kalaupun foto ini tidak layak untuk dikonsumsi para maniak ini, ada kekhawatiran lain yaitu penyalahgunaan foto. Bisa jadi foto ini dipakai untuk menipu, atau yang lebih ekstrim lagi foto ini diedit sedemikian rupa sehingga berubah menjadi “foto erotis”.

1 komentar: